22.11.08

Luka itu perih Sayang........


“Aq serius mulai sekarang kita jalanin hidup masing-masing qt PUTUS”

Masih terdengar jelas pernyataan itu dari mulut seorang perempuan kepada lelakinya dengan nada kekecewaan. lelaki itu menangis. Bukan. Tapi baru akan menangis. Air matanya mengembun di sudut matanya yang kosong. Ia ingin sekali menganggap itu lelucon sehingga ia bisa tersenyum dan memperlihatkan betapa tegarnya ia dengan senyumnya. Tapi kalimat yang baru didengarnya itu bukan lelucon dan tak nampak seperti lelucon.

Luka itu perih sayang. Sakitnya tak tertahankan. lelaki itu shock menghadapi lukanya
lelaki itu menangis . Hatinya perih tapi ia berusaha untuk tersenyum. Matanya masih melirik ke layar ponselnya ketika air matanya mulai membasahi wajahnya. Berharap kalau suara yang baru didengarnya dari benda persegi panjang itu pastilah keliru. Tapi lelaki itu salah. Ia hafal betul tiap kata yang didengarnya dan suara yang sudah fasih dalam ingatannya. Ia tak mungkin keliru menerjemahkan kalimat itu. Berkali-kali lengan kirinya diarahkan ke pipinya membendung air mata yang tak mau berhenti, tapi tak bisa. lelaki itu membenamkan wajahnya di balik lengannya dan tangan yang satunya lagi memegang erat dadanya yang mulai sesak. Mungkin sebentar lagi lelaki itu akan pingsan seperti yang diharapkannya. “Tidak, kau tak boleh rapuh lagi. Cukup sudah siksa batin yang kau alami selama ini. Sekarang kau harus lebih kuat. Jangan menangis.” Kata suara di hati kecil lelaki itu lirih.
lelaki itu menegakkan kepalanya. Heran sendiri mengapa ia tak jadi pingsan. Hatinya membenarkan kata hatinya dan tangannya mengusap air matanya sebanyak mungkin hingga tak ada lagi tetes air mata yang tersisa di pipinya. Ia mengangguk perlahan, menyakinkan dirinya akan bisikan hati kecilnya itu. Kakinya bangkit berdiri dan melangkah menuju cermin di depannya. Wajahnya tampak kusut sekali, matanya bengkak tapi masih terlihat sangat gagah. lelaki itu mencoba untuk tersenyum dan menarik nafasnya satu kali. Lalu membuangnya satu kali. Ia tersenyum lagi. Ah, sepertinya sudah lega rasanya. Tapi ternyata tak semudah itu. Wajah tegar itu terlihat kusut lagi. Mata kosong itu menyipit dan sembab lagi. Dalam sekejab saja wajah itu sudah menghilang dari bayangan cermin. Yang terlihat hanyalah mulut yg menyembulkan asap rokok dan suara tarikan nafas pilu yang menyanyat hati. Lelaki itu belum cukup kuat untuk menerima kenyataan yang baru saja diterimanya. Kalau boleh memilih, lelaki itu tak ingin punya masa lalu. Masa lalu yang terbungkus dalam luka lama yang sudah membusuk.
lelaki itu masih saja merenung beberapa waktu hingga suaranya benar-benar hilang dan matanya tertutup rapat. Mungkin dengan berpindah ke alam mimpi, ia bisa berkelana sendiri untuk menghibur diri. Begitulah yang biasanya dilakukannya jika kecewa datang tanpa kompromi.
***
lelaki itu membaca ulang hidupnya seakan membaca hatinya sendiri. Lalu dengan senyum mengembang ia menutup perlahan matanya. Ia sudah pernah hancur karena cinta dan ia tak mau hancur kedua kalinya di lubang yang sama. Bukankah kini ia punya karir yang bagus di sebuah perusahaan swasta. Setidaknya dengan bekerja ia akan melupakan perihnya luka di hatinya. Sedangkan luka itu. Sepertinya lelaki itu akan tetap membiarkannya terbuka karena ia yakin luka itu akan kering sendiri oleh waktu. Dan jika saat itu telah tiba, ia akan siap menerima cinta tumbuh lagi di hatinya. Atau mungkin lebih siap jika luka kembali tertoreh di hatinya. Entahlah.

1 komentar:

ruang bisnis mengatakan...

Ini blognya DP ya?? Nih baladewa 88/ Ngelihat curhatannya jadi kasihan. Tapi aku juga kaya gitu, malah 3 tahun bertahan dalam kerinduan yang nggak jelas sebenartnya. Hingga suatu saat Allh nunjukin, ternyata mungkin dia nggak cocok untuk kita. Sabar aja DP, semua selalu ada hikmahnya. cewek nggak cuma dia aja... Tapi yang pasti, kalau kita mau membuka mata dan lebih peka, ada banyak cinta di sekitar kita...