29.1.09

cinta yang hilang

Dalam kehidupan, banyak orang membicarakan tentang cinta, namun banyak pula yang ternyata merasa tidak memilikinya. Yach, banyak orang yang haus akan cinta. Walau mungkin yang terucap tidak selalu kata “cinta”. Metamorfosa atau sinonim cinta adalah kasih, sayang, dan perhatian.

Cinta hilang beragam penyebabnya. Mungkin doi yang pergi dengan beribu alasan (selingkuh lah, bosen lah, dilarang ortu lah….). Mungkin orang tercinta tutup usia. Mungkin keluarga orangtua yang broken. Mungkin semasa kecil tidak dalam belaian kasih sayang orangtua. Atau….. malah mungkin kita sendiri yang berpotensi berpaling, dengan mengalihkan obyek yang pantas kita cintai saat ini. Wow….

Cinta memang akan membius hampir semua sendi kehidupan kita. Dari bangun tidur sampai tidur, semua aktifitas terwarnai karenanya. Tapi semua tergantung “siapa” dan “apa” yang sangat kita cintai. Koleksi benda-benda dalam kamar, cara berpikir, obyek lamunan, obyek komunikasi, sampai tujuan hidup, tidak lepas dari pengaruh orang atau sesuatu yang kita cintai tersebut. Sehingga wajar apabila kedudukan cinta akan sangat mirip dengan “sikap untuk men-tuhan-kan”.

Tuhan adalah sesuatu yang penting dan dipentingkan, yang dapat mendominasi peri kehidupan yang men-tuhan-kannya.

Bagaimana jika cinta itu hilang? banyak yang mengklaim “aku hidup tanpa cinta”. ups! cinta yang mana dulu?. Jika kita mau merenung sejenak, banyak orang yang kehilangan cinta di satu sisi, tetapi malah berlimpah cinta di sisi yang lain.

Banyak istri merasa tidak mendapat lagi cinta dari suaminya, tetapi kadang terlupakan bahwa anak-anaknya sangat besar mencintai (baca: memberikan cinta) kepada ibunya ini.

Banyak remaja jomblo bin jablai mengatakan “tidak ada yang mencintai diriku”, padahal masih banyak teman-temannya yang memberikan perhatian (baca: saudara kembarnya cinta) kepadanya.

Banyak orang gagal cenderung menyalahkan diri sendiri hingga depresi akut, padahal di sisi lain banyak keberhasilan dan prestasi yang dia ukir dalam hidup ini.

Emosi manusia kadang memang menyempitkan cara pandang mata plus hati. Jika ada satu kekurangan atau kegagalan, maka sang emosi cendering menyempitkan pola pikir dan menyimpulkan “anda 100% gagal”. Sehingga orang mudah akan merasa frustasi, ngambek, mutung, mogok makan, puasa bicara, dan bahkan sok action menyakiti diri sendiri. Udah sakit, kok malah milih kejatuhan tangga hehhee….

Dalam manajemen krisis di perusahaan, orang dilatih membuat rencana A, rencana B, dan rencana C. Pertama rencana A dijalankan. Jika bermasalah, gunakan rencana B. dan seterusnya. Sehingga pekerjaan tidak deadlock di tengah jalan. Demikian juga dalam kehidupan yang berbumbu cinta. Jangan karena kehilangan cinta doi, cintai orangtua, cinta guru, dll, maka dunia seakan runtuh. Hidup terasa hampa bahkan tidak ada gairah lagi. Yakinlah bahwa cinta itu banyak ragamnya dan banyak pula yang memberikannya. Jika kekasih pergi, yakinlah akan datang kekasih baru, atau minimal cinta kasih masih akan datang banyak dari orang-orang dekat kita. Amat sangat jarang semua orang dekat akan membenci kita pada saat bersamaan, kecuali kesimpulan emosional kita sendiri.

Terakhir, jika memang anda yakin semua makhluk di bumi ini membenci anda. Yakinlah bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang tanpa pandang bulu, tanpa memandang iman atau kafir, semua dalam rengkuhan cinta kasihNYA. Kenapa anda masih merasa kehilangan cinta?

Tidak ada komentar: