3.2.09

heart alone

I hear the ticking of the clock
I’m lying here the room’s pitch dark

Aku melirik jam di ponsel, rupanya sudah jam 11 malam dan mataku masih terpicing tajam, di dalam gelap ruangan kamar aku hampir bisa melihat semuanya, aku terdiam dalam kamarku sendiri, suara hembusan pendingin ruangan jadi satu-satunya suara berisik selain tik-tik jam di dinding kamar, jam itu menunjukkan pukul 7, entah itu siang atau sore, tapi sudah lama jarum detik, menit dan jam-nya tidak bergerak, baterai baru yang kujejalkan di punggung badan jam itu juga tak mampu menggerakkan waktu untuknya. Tapi waktu sebenarnya bergerak, mungkin dia ingin tetap berada disana, seperti aku yang selalu ingin ada di dekatnya..

“luna…”, panggilku pada kesendirianku, aku ingin dia disini.

I wonder where you are tonight

Aku membayangkan dimana sosokmu malam ini, Apakah sudah tengkurap lelap? apakah masih termenung terjaga?, atau masih entah berada dimana? Aku mengamit ponselku, cahaya biru menyebar merampas tanpa cahaya dan gelap. Aku memencet nomornya, aku memanggilnya lewat frekuensi tinggi udara..



No answer on the telephone

Tak cuma sekali aq memencet nomornya, setiap aku hendak berhenti memanggilnya, ada suara kecil yang berkata “mungkin sekali lagi”, namun tak sekalipun diantara panggilanku berhasil membuatku mendengar suara riangmu disana. Aku bingung…

And the night goes by so very slow
Oh I hope that it won’t end though
Alone

Aku menggelung tubuhku di ranjangku, memeluk selapis baju hangat, aromamu tertinggal disana sejak terakhir kita berpelukan. Malam berjalan dengan pelan bahkan mungkin terlalu pelan, detik-detik memukul-mukul gendang telingaku, mataku kupejamkan dengan paksa, aku mencoba tidur.. orang bilang jeda waktu yang dibutuhkan untuk tidur setelah memejamkan mata rata-rata 7 menit, aku sudah 20 menit memejamkan mata, dan detik-detik jam masih terasa, aku merasa seperti binatang kelinci hutan yang diburu anjing-anjing para pemburu..

Lantai kamar terasa sangat dingin saat kakiku mengelus lembut lantai, sedikit terpekik kakiku saat menginjak lantai-lantai kamarku, kakiku menolak dingin yang menyusup ke syaraf-syaraf terluarnya. Otakku memerintah dengan bengis dan membuatku seluruh tubuhku berhasil tegak berdiri di lantai dingin, memang tak sedingin suasana kesendirianku saat ini, tapi tetap saja dingin.

Till now I always got by on my own
I never really cared until I met you

Aku duduk di kursi pelataran sempit rumahku, aku merasa kursi ini selalu menjadi temanku sudah sejak lama, dia hanya diam dan menopangku tanpa pernah merasa dimanfaatkan, dia hanya membisu dan diam meski aku memaki-maki, menangis, berkeluh-kesah dalam hati. Malam itu, sekali lagi aku diam dan duduk termangu disana menatap taman hias didepanku, ada beberapa tikus berlarian.

Aku mengenang jauh ke beberapa waktu yang lalu, saat pertama kali bertemu denganmu, aku tak pernah bergantung pada siapapun, aku menghadapi setiap masaku sendiri, entah apalah itu yang sedang aku hadapi, namun saat itu aku merasa bahwa aku membutuhkanmu, entah..

Bibit pertemuan pertama itu membuahkan pertemuan-pertemuan berikutnya, dan disetiap pertemuan berikutnya selalu ada bibit yang kutanamkan untuk menumbuhkan dan membuahkan pertemuan berikutnya.. Aku begitu ketagihan untuk selalu bertemu, seperti aku ketagihan untuk memujaNya setiap saat.. aku ingin kamu ada didekatku, hadir tanpa seolah-olah kamu ada, namun benar-benar ada dengan apapun beban yang kamu bawa untuk kamu limpahkan ke aku.

Ya.. jadikan aku karung untuk mewadahi keluh dan lelahmu, atau sansakmu untuk jadi lampiasan marah dan kesalmu.

And now it chills me to the bone
How do I get you alone
How do I get you alone

Tapi, entah kenapa kamu juga mungkin tak ingin membagi semuanya denganku, semua rasamu kau pendam sendiri, kau nikmati sendiri. Aku ingin meminta rasa kesal, marah dan keluhmu untukku, bagilah saja sedikit jika tak ingin semuanya kamu berikan, atau ijinkan aku mengintipnya sedikit. Tapi kamu selalu sendiri..

Rasa ini menyusup jauh kedalam.. membuat ruang kosong dalam hati, seakan bolong.



You don’t know how long I have wanted
to touch your lips and hold you tight, oh

Pertama aku melihatmu dalam gambar yang ada dibayangan dunia ini, sorot mata yang tajam menatap mataku kejam. Sesorot mata yang berkata dengan lantang bahwa dia tak bisa aku miliki. Lucunya, waktu pertama kali melihatnya, aku seolah melihatnya memiliki mata dengan frame melancip seperti pisau, tubuh mungil dan wajah ceria yang tampak ringkih, namun aku tak sepenuhnya benar..

Setelah sekian lama hanya menjadi pengagummu, aku bisa melihatmu di depanku. Sosokmu yang nyata dan hidup ada di hadapanku, sosok yang selalu kubayangkan setiap malam dalam menikmati kesendirian.

Senyumanmu membuatku ingin merengkuhmu dalam pelukanku bukan sebagai sesuatu khayal namun sebagai rengkuhan nyata yang tersentuh dan terasa, saat itu aku merasa asing berada di depanmu, merasa kecil dan tak berharga karena memiliki imajinasi yang penuh dengan keinginan-keinginan atas dirimu, suat keinginan yang hampir mustahil bisa terwujud padamu. Tapi jauh di balik sadarku atas tidak mungkin itu, aku tetap berharap..



You don’t know how long I have waited
and I was going to tell you tonight

Akhirnya pada suatu malam, kita berhadapan sekali lagi dalam pertemuan yang kesekian-kali, pertemuan yang selalu mengantarku pulang dengan bayanganmu menggelayut manja di benakku, aku keracunan sosokmu dan aku merindukannya. Kamu seperti nikotin yang ditagih tubuhku, pikiranku menolak namun tubuhku meminta dan menasbihkan namamu.. selalu..

Malam itu aku kamu membawaku dan memperkenalkanku pada duniamu pada semua impian-impianmu yang terbendung pada semua hal yang kautemani dan kaumusuhi, kau tahu?? Aku bangga dan bahagia bisa menjadi bagianmu saat itu.. Aku kesabaranmu, pengertianmu dan kelembutanmu mengantarkan aku mengakhiri malam itu dengan rasa yang bahkan tubuh dan kata-kata tak sanggup mengibaratkannya, atau bahkan tak mungkin mendefinisikannya.

But the secret is still my own
and my love for you is still unknown
Alone

Mungkin memang aku tak perlu mengungkapkannya padamu, mungkin kamu juga tahu dari sikapku, namun benarkan rasa itu yang kurasa?? Rasa yang muncul setiap teringat akan dirimu dalam pikiranku membuat perutku serasa hangat dan penuh dengan kupu-kupu terbang, rasa yang mendidih namun bukan amarah atau kesal dan sesal, rasa yang membuat hari mendung itu segar dan terik itu ceria. Benarkah rasa itu? Atau hanya keinginan-keinginan?

Mungkin hanya karena aku merasa sendiri saja.. mungkin karena kamu juga sendiri, dan kita ingin beramai-ramai dalam sendiri, sendiri dengan bersama-sama.

Alone, alone

Aku dan kamu, bersama sendiri dengan cara masing-masing… ya cara kita masing-masing..

Tidak ada komentar: